Mengawali tulisan ringan ini, dengan tulus penulis menyampaikan selamat mengemban amanah yang sangat berat kepada Pak Abdul Mu’ti. Beliau telah ditunjuk oleh rakyat Indonesia sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Kabinet Merah Putih, melalui kewenangan konstitusional Pak Presiden Prabowo Subianto.
Rakyat Indonesia banyak berharap kepada Kemdikdasmen dengan Menteri barunya yang dinilai kompeten, karena memiliki rekam jejak karir sebagai pendidik bergelar profesor. Selain itu, sebagai aktivis Pak Mu’ti dibesarkan oleh persyarikatan Muhammadiyah yang sejak zaman kolonial kenyang dengan pengalaman mengurusi pendidikan.
Pak Mu’ti selanjutnya menahkodai kapal besar yang melayani pendidikan jenjang dasar dan menengah di Indonesia. Dari ruang kemudinya yang terletak di Jalan Jenderal Soedirman Jakarta, Pak Mu’ti melayani rakyat Indonesia mewujudkan cita-cita konstitusi kita yang sangat mulia “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Harapan kita, kebijakan Kemdikdasmen di era Pak Mu’ti dapat diterapkan secara efektif dan menjadi solusi atas semua masalah pendidikan di jenjang dasar dan menengah. Untuk mewujudkannya, Pak Mu’ti perlu bercermin kepada sosok Jenderal Soedirman (Pak Dirman), yang nama besarnya diabadikan sebagai jalan besar di depan kantor Kemdikdasmen.
Mengapa harus Pak Dirman? Baiklah, momentum Hari Pahlawan ini perlu kita kembali mengenang pengabdian Pak Dirman kepada bangsa ini.
Pribadi Berintegritas
Pak Dirman yang bersahaja, diriwayatkan selalu berperang dalam keadaan suci sesuai dengan kemurnian motivasi perjuangannya. Ajudannya telah menyiapkan air kendi selama perjalanan bergerilya, sehingga Sang Jenderal di manapun dapat menjaga wudhu-nya.
Tentu saja, kebiasaan menjaga wudhu ini diimbangi Pak Dirman dengan selalu shalat tepat di awal waktu di manapun beliau berada. Dengan demikian, niat suci Pak Dirman dalam mempertahankan kemerdekaan bangsanya, selalu subur terpelihara dengan ritual ibadahnya yang khusyuk.
Walhasil, Pak Dirman selalu berbuat yang terbaik dalam mengemban amanah rakyatnya. Tidak pernah ada cerita tentang penyelewengan yang pernah dilakukan Pak Dirman.
Gampangnya, Pak Dirman adalah sosok aparatur negara yang integritasnya paripurna. Maka Pak Mu’ti beruntung ngantornya di Jalan Jenderal Soedirman. Insya Allah sebagai Mendikdasmen selalu dibayangi nama besar sang role model integritas, yang selain tentara hebat juga pernah menjadi guru dan kepala sekolah Muhammadiyah.
Tenang dalam berfikir dan bertindak
Integritas Pak Dirman tergambar dari niat sucinya untuk berjuang, yang dilambari kesungguhan dalam beribadah serta akhlaq yang terpuji. Sosok abdi negara yang demikian ihlas tentu memiliki ketenangan dalam berfikir dan bertindak.
Musuh yang dihadapi Pak Dirman bukan kaleng-kaleng, Belanda di Indonesia memiliki 2 divisi tempur tentara profesional yang bersenjata canggih di masanya. Sementara kita, menurut AH Nasution dalam sebuah wawancara dengan wartawan luar negeri (silakan nonton youtube), kadang di dalam satu kompinya hanya diperkuat beberapa pucuk senapan peninggalan Jepang.
Maka dapat kita bayangkan betapa berat tekanan yang dialami oleh Pak Dirman sebagai seorang panglima. Rakyat Indonesia kala itu pasti memasang nilai harapan yang tinggi kepada tentaranya untuk mempertahankan kemerdekaan.
Itu baru dari sisi harapan, tentu ada pula sebagian elemen di Indonesia kala itu yang resisten terhadap pemerintah dan tentaranya. Bahkan ada pula pergolakan di daerah, misalnya yang dilakukan kelompok kiri di Madiun, sementara jajaran pimpinan tentara Indonesia tahu pasti bahwa Belanda sewaktu-waktu akan menyerang.
Di sinilah Pak Dirman menunjukkan ketenangan dalam berfikir dan bertindak, di tengah tekanan berat yang dihadapinya sebagai seorang pemimpin. Menurut Pusat Sejarah TNI (https://sejarah-tni.mil.id/), Pak Dirman dan jajarannya menyongsong ancaman serangan Belanda dengan bermusyawarah, untuk berfikir jernih merumuskan strategi yang akan dilakukan.
Pada pertemuan itu, semua kekalahan dan kesalahan tentara kita saat menghadapi Agresi Militer Belanda I, dikaji secara mendalam. Semua pendapat dan aspirasi dibicarakan dengan baik untuk menentukan strategi paling efektif.
Belajar dari kekalahan sebelumnya, maka pimpinan tertinggi tentara kita mengeluarkan keputusan strategis. Keputusan ini berupa Pokok-pokok perlawanan dan pertahanan yang diatur dalam Perintah Siasat No. 1 Tahun 1948.
Kemudian perintah ini diumumkan oleh Panglima Besar Angkatan Perang pada tanggal 9 November 1948, sehingga seluruh potensi pertahanan Indonesia memahaminya tanggungjawabnya. Ketika Belanda pada 19 Desember 1948 benar-benar menyerang ibukota Yogyakarta, melalui RRI Pak Dirman memerintahkan semua elemen tentara melaksanakan Perintah Siasat Nomor 1.
Pelaksanaan perintah siasat nomor 1 rupanya berhasil menggelar perang gerilya semesta yang didukung oleh rakyat. Siasat itu efektif merepotkan Belanda dan terbukti menunjukkan eksistensi tentara Indonesia sebagai kekuatan pertahanan negara yang syah.
Propaganda internasional Belanda yang mengklaim Indonesia tidak memiliki angkatan perang, yang ada sekedar ekstrimis-ekstrimis pengacau keamanan ketahuan bohongnya. Walhasil tekanan internacional kemudian gencar menuntut Belanda angkat kaki dari Indonesia.
Ketenangan berfikir dan bertindak ala Pak Dirman perlu diadopsi oleh Pak Mu’ti. Aneka rupa masalah, berikut sederet tuntutan dan aspirasi publik tentang pendidikan tentu sedang mendera Pak Mu’ti.
Semuanya perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti
secara tepat dan cepat. Namun demikian, karena ngantornya di Jalan Soedirman,
sebaiknya contoh dari Pak Guru Soedirman dalam ketenangan berfikir dan
bertindak mewarnai semua kebijakan Pak Mu’ti.
Kebijakan yang diambil haruslah yang terbaik yang dapat dilakukan, untuk selanjutnya disampaikan dengan cara yang tepat sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi publik yang berbuah perdebatan yang melelahkan.
Kita semua ingat, perintah siasat nomor 1 tahun 1948 baru dirilis Pak Dirman tanggal 9 November 1948. Namun demikian dalam tempo singkat semua pemimpin tentara di semua kesatuan, berikut elemen pemerintah sipil dan rakyat memahami bagaimana harus melaksanakannya.
Kebijakan itu dengan koordinasi yang baik dapat diimplementasikan begitu Yogyakarta diserang Belanda pada pagi hari 19 Desember 1948. Sungguh sebuah contoh yang baik, aparatur negara berintegritas, dengan ketenangan berfikirnya melahirkan kebijakan yang mudah diterapkan sesuai dengan aset dan potensi yang ada. Pelaksanaannya juga didukung sepenuhnya oleh semua elemen pertahanan beserta rakyatnya tanpa adanya penolakan.
Menginternalisasi kebiasaan Pak Dirman
Ada hal menarik dari Program Prioritas Kemdikdasmen, kali ini nampaknya Pak Mu’ti akan serius mendorong penguatan pendidikan karakter. Aksi Kemdikdasmen nantinya bertajuk “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang akan diluncurkan pada Januari 2025.
Pak Mu’ti dalam pidatonya pada Hari Bermuhammadiyah di Uhamka, DKI Jakarta, pada Ahad (3/11/2024) lalu, menyampaikan visi besar dari program ini, yakni membentuk kebiasaan positif yang berorientasi pada penguatan karakter anak Indonesia. Program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” menyoroti pentingnya kebiasaan sebagai pembentuk karakter.
Kebiasaan tersebut meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat. Bila kita perhatikan maka 7 kebiasaan ini melekat pada diri Pak Dirman.
Bangun pagi dan beribadah jelas menampilkan kebiasaan Pak Dirman untuk selalu shalat di awal waktu. Berolahraga jelas menjadi kegemaran sejak kecil sebagai pemain sepakbola pada posisi bek.
Masih soal olahraga, Pak Dirman juga diriwayatkan merupakan salah satu murid dari KH Busyro Syuhada Banjarnegara, seorang pendekar pencak aliran Banjaran. Anak-anak murid Kyai Busyro belakangan hari mendirikan Tapak Suci di Yogyakarta.
Pak Dirman adalah seorang pendidik, maka pasti memiliki minat dan kegemaran belajar. Terbukti wawasannya luas dan ingin banyak tahu, sehingga memiliki dinamika aktivitas di berbagai bidang dari pendidikan, dakwah, kepemudaan, dan terakhir sebagai seorang militer.
Masa muda Pak Dirman adalah sebagai aktivis, pernah menjadi menteri daerah Pemuda Muhammadiyah dan tokoh Pandu Hizbul Wathan. Ketokohan Pak Dirman di tengah masyarakat diakui oleh Jepang, sehingga beliau memenuhi syarat untuk menempuh pendidikan perwira calon Daidan (Komandan Batalyon) PETA, yang kemudian ditugaskan di Kroya.
Tentang makan, Pak Dirman yang muslim taat pasti mengkonsumsi makanan yang halal dan thoyib, yang tidak akan membahayakan kesehatannya. Lantas bagaimana tidurnya Pak Dirman? Diriwayatkan Pak Dirman semasa hidupnya rajin malaksanakan sholat lail. Sebelum sakit, beliau sering bertahajud di Masjid Gedhe Kauman, bermunajat mohon keselamatan bangsanya.
Orang yang rajin shalat lail tentu akan tidur tepat waktu agar bisa terbangun pada sepertiga malam terakhir. Ini cocok bila diterapkan untuk anak Indonesia, karena sering keluar larut malam selain tidak sehat juga berbahaya misalnya bisa menjadi korban klithih.
Semua kebiasaan Pak Dirman itu, sangat baik apabila diinternalisasi menjadi karakter anak-anak Indonesia. Maka sudah tepat tema Hari Pahlawan 2024 “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu“.
Penulis :
https://www.krjogja.com/opini/1245301199/pak-muti-di-jalan-jenderal-soedirman
Komentar
Posting Komentar